Ditulis oleh: Anni Mulyati, S.Pd.
Malam begitu meriah dengan takbir berkumandang dari beberapa masjid secara bersamaan. Di sudut ruang tamu, terbaring Kakak keduaku. Ia pun bertakbir sambil sesekali menyeringai menahan sakit.
“Hanif, tolong Kakak untuk minum,” ujarnya sambil tersenyum. Aku pun segera menyuapi air dengan sendok. Kakakku tersenyum dan mengucapkan terima kasih.
Dia, Fauzan. Kakakku yang paling pengertian dan selalu dewasa saat menasihatiku. Kini tubuhnya lemah karena tumor kantung kemih. Namun, semangatnya beribadah sangat luar biasa hingga membuat aku malu karena masih sering lalai dalam melaksanakan ibadah.
Pagi ini kami pun bersiap melaksanakan salat Idulfitri di rumah. Karena PSBB, membuat kami tidak bisa salat di masjid seperti Hari Raya sebelumnya. Bapak yang sudah siap mengimami tiba-tiba tersentak, “Fauzan, salatnya sambil rebahan saja, ya!”
“Tidak apa-apa, Pak. Insyaallah saya kuat,” ujar Fauzan. Maka kami pun salat secara perlahan agar Kak Fauzan bisa mengikuti gerakan kami. Alhamdulillah, di Hari Kemenangan ini kakakku, Fauzan, bisa salat seperti biasa. Lalu setelah salat, ia meminta kami untuk melatihnya berjalan perlahan-lahan. Idulfitri telah membawa berkah bagi Kak Fauzan. Ia kembali bersemangat untuk latihan berjalan. ***